Rabu, 05 Desember 2012

LAPORAN KIMDAS 4


LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR
“ENERGITIKA”
1.      PERCOBAAN :
1.1  Judul Percobaan            : Energitika
1.2  Tanggal Percobaan        : 27 Nopember 2012
1.3  Nama Asisten                : Hadi Wijaya
2.      TUJUAN PERCOBAAN :
2.1  Mempelajari energi yang menyertai reaksi kimia
2.2  Mempelajari perubahan kalor dengan percobaan sederhana
3.      DASAR TEORI :
Energetika kimia atau termodinamika kimia adalah ilmu yang mempelajari perubahan energi yang terjadi dalam proses atau reaksi. Studi ini mencakup dua aspek penting yaitu penentuan atau perhitungan kalor reaksi dan studi tentang arah proses dan sifat-sifat sistem dalam kesetimbangan. Bagian alam semesta yang dipilih untuk penelititan termodinamika disebut sistem, dan bagian alam semesta yang berinteraksi dengan sistem tersebut disebut dengan keadaan sekeliling lingkungan dari sistem. Perpindahan energi dapat berupa kalor (q) atau dalam beberapa bentuk lainnya secara keseluruhan disebut kerja. Perpindahan energi berupa kalor atau kerja yang mempengaruhi jumlah keseluruhan energi dalam sistem, yang disebut energi dalam (U) (Petrucci, 1996).
Energi dalam (U) adalah keseluruhan energi potensial dan energi kinetik zat-zat yang terdapat dalam sistem. Energi dalam merupakan fungsi keadaan, besarnya hanya tergantung pada keadaan sistem. Setiap sistem mempunyai energi karena partikel-partikel materi (padat, cair atau gas) selalu bergerak acak dan beragam disamping itu dapat terjadi perpindahan tingkat energi elektron dalam atom atau molekul. Bila sistem mengalami peristiwa mungkin akan mengubah energi dalam. Jika suhu naik menandakan partikel lebih cepat dan energi dalam bertambah (Syukri, 1999).
Kalor (q) adalah bentuk energi yang dipindahkan melalui batas-batas sistem, sebagai akibat adanya perbedaan suhu antara sistem dengan lingkungan. Bila sistem menyerap kalor, q bertanda positif dan q bertanda negatif bila sistem melepaskan kalor. Kalor (q) bukan merupakan fungsi keadaan karena besarnya tergantung pada proses. Kapasitas kalor adalah banyaknya energi kalor yang dibutuhkan untuk mengikatkan suhu zat 1oC. kapasitas kalor tentu saja tergantung pada jumlah zat. Kapasitas kalor spesifik dapat disederhanakan, kalor jenis adalah banyaknya energi kalor yang dibutuhkan untuk meningkatkan suhu 1 gram zat sebesar 1oC. Kalor jenis molar adalah banyaknya energi kalor yang dibutuhkan untuk meningkatkan suhu 0,5 Mol zat sebesar 1oC (Petrucci, 1996).
Termodinamika didasarkan atas tiga postulat yang dikenal sebagai Hukum Pertama Termodinamika, Hukum Kedua Termodinamika dan Hukum Ketiga Termodinamika. Hukum pertama termodinamika menyatakan hubungan antara kalor (q), kerja (w) dan perubahan energi dalam (∆U), yang menerangkan bahwa energi sistem tersekat adalah tetap. Hukum pertama termodinamika dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:
q = ∆U – W
q, ∆U, dan W dalam satuan joule atau kalori. Hukum pertama termodinamika menunjukkan bahwa energi dalam tidak dapat diukur tapi dapat diukur dari nilai kalor dan kerja. Kalor dapat diukur dengan percobaan dan kerja. Kerja dihitung melalui volume dan tekanan yang melawan perubahan itu (Syukri,1999).
Hukum kedua termodinamika mengemukakan bahwa semua proses atau reaksi yang terjadi di alam semesta, selalu disertai dengan peningkatan entropi. Perubahan entropi (dS) adalah suatu fungsi keadaan yang merupakan perbandingan perubahan kalor yang dipertukaran antara sistem dan lingkungan secara reversibel (δqrev) terhadap suhu tertentu T(°C). Persamaan besarnya entropi dinyatakan sebagai berikut:
dS = δqrev/T
Hukum ketiga menyatakan bahwa suatu unsur atau senyawa yang murni dalam bentuk kristal sempurna mempunyai entropi nol pada suhu 0°C, secara matematika dinyatakan sebagai berikut:
Soo = 0
Berdasarkan hukum ketiga dapat dilakukan pengukuran dan perhitungan kalor yang diserap suatu zat murni dari 0°K sampai suhu tertentu. Kerja yang dapat diperoleh dari jumlah kalor sama dengan banyaknya kalor dikurangi sebagian dari jumlah tersebut (Petrucci, 1996).
4.      ALAT DAN BAHAN :
4.1  Alat :
Ø  Kalorimeter
Ø  Beaker glass
Ø  Termometer
Ø  Pipet volum

Ø  Pipet ukur
Ø  Gelas ukur
Ø  Stopwatch
Ø  Alat pemanas (kaki tiga, kawat kassa, spirtus, korek api)

4.2  Bahan :
Ø  Air
Ø  Larutan NaOH 0,5 M
Ø  Larutan HCl 0,5 M

Ø  Etanol
Ø  CuSO4 0,5 M
Ø  Kepingan Zn


5.      PELAKSANAAN PERCOBAAN :
.............................................................
6.      PEMBAHASAN DAN DISKUSI
Pada umumnya reaksi kimia disertai dengan efek panas, pada reaksi eksoterm kalor dilepaskan. Sedangkan pada rekasi endoterm kalor diserap. Jumlah kalor yang dilepas berkaitan dengan suatu reaksi bergantung pada jenis reaksi, jumlah zat yang bereaksi, keadaan fisik zat-zat pereaksi dan hasil reaksi serta bergantung pada suhu. Secara eksperimental kalor reaksi ditentukan oleh alat kalorimeter.
Tidak semua reaksi dapat ditentukan kalor reksinya secara kalorimetrik. Penentuan ini terbatas pada reaksi-reaksi berkesudahan yang berlangsung dengan cepat. Seperti reaksi pembakaran, reaksi penetralan dan reaksi pelarutan. Kalorimeter sederhana disusun sedemikian rupa dengan menggunakan isolator (gabus) yang ditempatkan disekeliling gelas yang menjadi lapisan dalam kalorimeter agar dapat memperlambat terjadinya pertukaran kalor antara sistem dengan lingkungan.
Pada percobaan pertama, penentuan tetapan kalorimeter menunujukkan peningkatan suhu yang terjadi pada saat ditambahkannya air panas. Sebelum ditambahkan suhunya 32˚ C, dan setelah ditambahkan air panas suhu rata-rata pada campuran tersebut ialah 39,75 ˚C. Percobaan ini terjadi peristiwa eksotermik. Dari data pengamatan yang diperoleh didapatka nilai K (tetapan kalorimeter) sebesar29,8 J/kg dengan ∆H bertanda negative (-) terjadi karena merupakan rekasi eksotermik. Rekasi eksotermik adalah perpindahan panas/ kalor dari sistem kelingkungan.
Percobaan kedua yaitu penetralan asam (HCl) – basa (NaOH). 10 ml HCl 0,5 M dimasukkan kedalam kalorimeter, lalu temperaturnya dicatat yaitu sbesar 30˚C. demikian pula untuk NaOH 0,5 M temperaturnya sebesar 30˚C. kemudian kedua larutan tersebut dicampur dan diukur temperaturnya setiap 30 s dalam kurun waktu 5 menit. Dari data tersebut menunjukkan kalor (suhu rata-rata) sebesar 32,47˚C. sehingga dapat diperoleh kalor penetralan yang dihasilkan dalam suatu mol larutan (∆Hn) sebesar 8059,7 J/mol.
Pada percobaan ketiga, yaitu menentukan kalor pelarutan etanol dalam air. Etanol memiliki suhu yang lebih rendah dari pada air. Dalam percobaan kali ini etanol dicampurkan dengan air, percobaan ini dilakukan dengan perbandingan volume yang berbeda-beda sebanyak 6 kali percobaan. Berdasarkan data pengamatan didapatkan bahwa kalor air lebih besar dibandingkan dengan kalor etanol. Hal ini menunjukkan bahwa nantinya air akan melepas kalor dan etanol yang akan menyerap kalor agar terjadi keseimbangan kalor berdasar “asaz black”. Jumlah kalor yang dilepaskan sama dengan jumlah kalor yang diterima. Selain itu, air melepaskan kalor karena jumlah mol air lebih besar dibandingkan jumlah mol etanol, sehingga didalam reaksi kimianya etanol selalu meyerap kalor air.
Dalam percobaan ini dapat pula dilihat hubungan antara perbandingan mol air dan etanol terhadap suhu dan kalor pelarutnya. Berdasarkan percobaan mol air dan mol etanol terhadap suhu adalah berbanding lurus.
Percobaan keempat menentukan kalor reaksi Zn+ CuSO4 . memasukkannya kedalam kalorimeter dan mencatat suhunya selama 5 menit setiap 30 s.
Berdasarkan data pengamatan diperoleh bahwa temperatur campurannya semakin meningkat saat reaksi didalam kalorimeter semakin lama. Ini menunjukkan bahwa terjadi peristiwa endoterm, karena kalor reksi menyerap kalor lingkungan.

7.      KESIMPULAN
a.       Pencampuran dua bahan yang suhunya berbeda akan terjadi persamaan kalor yang dilepas sama dengan kalor yang diserap dalam kalorimeter. Zat yang melepas kalor adalah zat yang memiliki mol lebih besar. Penentuan ketetapan kalorimeter merupakan rekasi eksoterm. Yang termasuk reaksi eksoterm adalah reaksi netralisai, reaksi pelarutan dan reaksi pembakaran.

b.      Reaksi eksoterm adalah reaksi kimia yang terjadi perpindahan kalor dari sistem ke lingkungan. Sedangkan endoterm adalah reaksi kimia yang terjadi perpindahan kalor dari lingkungan ke dalam sistem.

DAFTAR PUSTAKA
Petrucci, Ralph H.1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi ke-4.Jakarta : Erlangga
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 1.Bandung : ITB Press. 



PRAKTIKUMKIMDAS 3


LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR
“STOIKIOMETRI”


1.      PERCOBAAN :
1.1  Judul Percobaan                      : Stoikiometri
1.2  Tanggal Percobaan                  : 27 Nopember 2012
1.3  Nama Asisten                          : Hadi Wijaya
2.      TUJUAN PERCOBAAN :
2.1  Mempelajari Stoikiometri Beberapa Reaksi Kimia
3.      DASAR TEORI :
Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani yaitu stoiceon (unsur) dan metrein (mengukur). Stoikiometri berarti mengukur unsur-unsur dalam hal ini adalah partikel atom ion, molekul yang terdapat dalam unsur atau senyawa yang terlibat dalam reaksi kimia. Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia) yang didasarkan pada hukum-hukum dasar dan persamaan reaksi. (Ahmad,1985)
Stoikiometri beberapa reaksi dapat dipelajari dengan mudah, salah satunya dengan metode JOB atau metode Variasi Kontinu, yang mekanismenya yaitu dengan dilakukan
 pengamatan terhadap kuantitas molar pereaksi yang berubah-ubah, namun molar totalnya sama. Sifat fisika tertentunya (massa, volume, suhu, daya serap) diperiksa, dan perubahannya digunakan untuk meramal stoikiometri sistem. Dari grafik aluran sifat fisik terhadap kuantitas pereaksi, akan diperoleh titik maksimal atau minimal yang sesuai titik stoikiometri sistem, yang menyatakan perbandingan pereaksi-pereaksi dalam senyawa. (Muhrudin, 2011)
Stoikiometri reaksi adalah penentuan perbandingan massa unsur-unsur dalam senyawa dalam pembentukan senyawanya. Pada perhitungan kimia secara stoikiometri, biasanya diperlukan hukum-hukum dasar ilmu kimia.(Brady,1986)
Hukum kimia adalah hukum alam yang relevan dengan bidang kimia. Konsep paling fundamental dalam kimia adalah hukum konservasi massa, yang menyatakan bahwa tidak terjadi perubahan kuantitas materi sewaktu reaksi kimia biasa. (Hiskia,1991)
Menurut (Syabatini, 2008) Hukum-hukum dasar ilmu kimia adalah sebagai berikut:
a)      Hukum Boyle
Boyle menemukan bahwa udara dapat dimanfaatkan dan dapat berkembang bila dipanaskan. Akhirya ia menemukan hukum yang kemudian terkenal sebagai hukum Boyle:” bila suhu tetap, volume gas dalam ruangan tertutup berbanding terbalik dengan tekananya” 
P1.V1 = P2.V2

b)      Hukum Lavoiser disebut juga Hukum Kekekalan Massa
Hukum kekekalan massa atau dikenal juga sebagai hukum Lomonosov-Lavoisier adalah suatu hukum yang menyatakan massa dari suatu sistem tertutup akan konstan meskipun terjadi berbagai macam proses di dalam sistem tersebut(dalam sistem tertutup Massa zat sebelum dan sesudah reaksi adalah sama (tetap/konstan). Pernyataan yang umum digunakan untuk menyatakan hukum kekekalan massa adalah massa dapat berubah bentuk tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Untuk suatu proses kimiawi di dalam suatu sistem tertutup, massa dari reaktan harus sama dengan massa produk. Berdasarkan ilmu relativitas spesial, kekekalan massa adalah pernyataan dari kekekalan energi. Massa partikel yang tetap dalam suatu sistem ekuivalen dengan energi momentum pusatnya. Pada beberapa peristiwa radiasi, dikatakan bahwa terlihat adanya perubahan massa menjadi energi. Hal ini terjadi ketika suatu benda berubah menjadi energi kinetik/energi potensial dan sebaliknya. Karena massa dan energi berhubungan, dalam suatu sistem yang mendapat/mengeluarkan energi, massa dalam jumlah yang sangat sedikit akan tercipta/hilang dari sistem. Namun demikian, dalam hampir seluruh peristiwa yang melibatkan perubahan energi, hukum kekekalan massa dapat digunakan karena massa yang berubah sangatlah sedikit.
“Massa zat sebelum dan sesudah reaksi selalu sama.”

c)      Hukum Perbandingan Tetap (H.Proust)
Dalam kimia, hukum perbandingan tetap atau hukum Proust (diambil dari nama kimiawan Perancis Joseph Proust) adalah hukum yang menyatakan bahwa suatu senyawa kimia terdiri dari unsur-unsur dengan perbandingan massa yang selalu tepat sama. Dengan kata lain, setiap sampel suatu senyawa memiliki komposisi unsur-unsur yang tetap.
Misalnya, air terdiri dari 8/9 massa oksigen dan 1/9 massa hidrogen. “Perbandingan massa unsur-unsur dalam suatu persenyawaan kimia selalu tetap.”

d)     Hukum Gay Lussac
Menyatakan bahwa volume gas nyata apapun sangat kecil dibandingkan dengan volume yang ditempatinya. Bila anggapan ini benar, volume gas sebanding dengan jumlah molekul gas dalam ruang tersebut. Jadi, massa relatif, yakni massa molekul atau massa atom gas, dengan mudah didapat.
“Dalam suatu reaksi kimia gas yang diukur pada P dan T yang sama volumenya berbanding lurus dengan koefisien reaksi atau mol, dan berbanding lurus sebagai bilangan bulat dan sederhana.”

e)       Hukum Boyle – Gay Lussac
"Bagi suatu kuantitas dari suatu gas ideal (yakni kuantitas menurut beratnya) hasil kali dari volume dan tekanannya dibagi dengan temperatur mutlaknya adalah konstan". Untuk n1 = n2, maka P1.V1 / T1 = P2.V2 / T2

f)      Hukum Dalton disebut juga Hukum Kelipatan Perbandingan
“Jika dua unsur dapat membentuk satu atau lebih senyawa, maka perbandingan massa dari unsur yang satu yang bersenyawa dengan jumlah unsur lain yang tertentu massanya akan merupakan bilangan mudah dan tetap.”

g)      Hukum Avogadro
“Gas-gas yang memiliki volum yang sama, pada temperatur dan tekanan yang sama, memiliki jumlah partikel yang sama pula.”
Artinya, jumlah molekul atau atom dalam suatu volum gas tidak tergantung kepada ukuran atau massa dari molekul gas.

h)      Hukum Gas Ideal
PV = nRT
Persamaan ini dikenal dengan julukan hukum gas ideal alias persamaan keadaan gas ideal.
Keterangan :
P = tekanan gas (N/m2)
V = volume gas (m3)
n = jumlah mol (mol)
R = konstanta gas universal (R = 8,315 J/mol.K)
T = suhu mutlak gas (K)

4.      ALAT DAN BAHAN
a.       Alat :
Ø  Beaker glass/gelas kimia
Ø  Gelas piala
Ø  Spatula
Ø  Termometer

b.      Bahan :
Ø  Larutan CuSO4 0,5 M
Ø  Larutan NaOH 0,5 M
Ø  Larutan HCl 0,5 M
Ø  Larutan H2SO4 0,5 M

5.      PELAKSANAAN PERCOBAAN
...........................................................
6.      PEMBAHASAN DAN DISKUSI
Pada percobaan ini, kita akan mempelajari tentang stoikiometri. Percobaan stoikiometri ini bertujuan untuk mempelajari stoikiometri beberapa larutan (reaksi kimia). Dimana stoikiometri merupakan ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia.
Percobaan pertama mempelajari stoikiometri sistem NaOH dengan CuSO4. Pada percobaan ini NaOH dicampur dengan larutan CuSO4. Sebelum kedua larutan tersebut dicampurkan, terlebih dulu diamati suhu dari masing-masing larutan. Selain itu, mengamati dan mengambil sampel warna dari masing-masing larutan. Pencampuran larutan-larutan selalu menghasilkan volume yang sama, 25 ml.
Pada kegiatan pertama pada percobaan satu adalah mencampurkan 20 ml NaOH 0,5 M dengan 5 ml CuSO4. 0,5 M. setelah kedua larutan tersebut dicampurkan sambil diaduk, maka terjadi perubahan warna. Warna larutan menjadi biru tua serta wujudnya menjadi lebih kental dari sebelumnya. Hal ini terjadi karena larutan yang terbentuk tidak tepat jenuh.
Kegiatan yang kedua yaitu mencampurkan 10 ml NaOH 0,5 M dengan 15 ml CuSO4 0,5 M.  Setelah dicampurkan ternyata larutan yang terbentuk berwarna biru telur asin serta menjadi gumpalan-gumpalan. Gumpalan – gumpalan yang terbentuk tersebut menunjukkan bahwa larutan yang terbentuk adalah tepat jenuh.
Kegiatan ketiga yaitu mencampurkan antara 20 ml CuSO4 0,5 M dengan 5 ml NaOH 0,5 M. Setelah dicampurkan ternyata larutan yang terbentuk berwrna hijau toska dengan endapan dibagian bawahnya.
Kegiatan yang terakhir yaitu dengan mencampurkan antara 10 ml CuSO4 0,5 M dengan 15 ml NaOH 0,5 M, dan pencampuran larutan tersebut menghasilkan larutan dengan warna biru tua dan tanpa perubahan wujud. Hal ini menunjukkan bahwa campuran tersebut lewat jenuh.
Dari data-data yang diperoleh diatas menunjukkan bahwa semakin banyak volume NaOH yang dicampurkan akan menghasilkan warna yang lebih gelap. Atau semakin sedikit volume CuSO4 yang dicampurkan maka semakin gelap warna larutan yang terbentuk. Sedangkan jika volum NaOH yang dicampurkan semakin sedikit maka warna larutan yang dihasilkan akan semakin cerah.
Pada literatur seharusnya, semakin banyak volume NaOH yang dicampurkan maka suhu/temperatur yang terbentuk juga semakin tinggi. Tetapi, pada saat pengamatan dimana volume NaOH yang dicampurkan 20 ml seharusnya suhunya lebih tinggi dibandingkan campuran antara 15 ml NaOH dengan 10 ml CuSO4. Hal ini disebabkan karena perbedaan ruangan, karena ruangan tempat pengamatan bukan ruang hampa udara.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan suhu pada setiap kegiatan/ perlakuan mulai dari yang pertama hingga yang terakhir (kegiatan 4) semua perubahan suhunya sama yaitu 2˚C. Apabila dibuat grafik hubungan antara ∆T dengan volume maka grafik yang terbentuk berupa garis lurus horizontal. Hal ini menunjukkan bahwa disetiap volume suhunya sama (suhu konstan).


7.      KESIMPULAN
a.       Apabila terdapat 2 zat yang dicampurkan maka akan menyebabkan terjadinya perubahan suhu, warna dan endapan (wujud).
b.      Perubahan suhu yang terjadi dipengaruhi oleh jumlah/volume reaktan yang dicampurkan dan juga oleh konsentrasi masing-masing reaktan.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Hiskia. 1985. Kimia Dasar (modul 1-5). Jakarta : UT
Brady, J.E dan Humiston. 1986. General Chemistry. New York: John Willey and Sons.
Hiskia, A dan Tupamahu. 1991. Stoikiometri Energi Kimia. Bandung: ITB Press.   
Muhrudin, Udin. 2011. Praktikum Stoikiometri Reaksi. http://chemistapolban.blogspot.com/ 2011/06/praktikum-stoikiometri-reaksi.html. diakses tanggal 29 November 2012

Syabatini, Annisa. 2008. Hukum-hukum Stoikiometri. http://usupress.usu.ac.id/files/ Kimia%20Dasar%20-%20Final_bab%201.pdf. diakses tanggal 29 November 2012



Rabu, 28 November 2012

PRAKTIKUM KIMDAS 2

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR
“PERUBAHAN MATERI DAN CARA-CARA PEMISAHAN”

  1. PERCOBAAN :
1.1  Judul Percobaan                :Perubahan Materi dan Cara-Cara Pemisahan
1.2  Tanggal Percobaan            : 20 Nopember 2012
1.3  Nama Asisten                    : Anashta Verill V
  1. TUJUAN PERCOBAAN :
2.1  Mempelajari perubahan materi yang menyangkut perubahan kimia
2.2  Mempelajari teknik cara pemisahan dan pemurnian satu atau beberapa zat dari campuran zat
  1. DASAR TEORI :
Secara umum, materi dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu unsur, senyawa, dan campuran. Unsur merupakan jenis materi yang paling sederhana dengan sifat fisika dan kimia yang unik. Suatu unsur hanya memiliki satu jenis atom penyusun. Oleh karena itu, unsur tidak dapat dibagi-bagi lagi baik secara fisika maupun secara kimia. Senyawa merupakan jenis materi yang tersusun dari dua atau lebih unsur yang berikatan kimia. Air, garam dapur dan karbon dioksida merupakan contoh senyawa yang umum. Campuran merupakan gabungan dua atau lebih zat tanpa perbandingan tertentu. Campuran ada yang berupa campuran homogen dan campuran heterogen. Baik unsur, senyawa dan campuran memiliki sifat-sifat dan masing-masing dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat-sifatnya. Banyak unsur, senyawa maupun campuran yang dapat digunakan sehari-hari. (Anonim,2012)
a.       Unsur
Sudah sejak zaman dulu, para ahli fikir menduga bahwa ada zat-zat yang berfungsi sebagai zat dasar atau zat penyusun dari seluruh zat yang ada di alam semesta ini. Zat semesta itu disebut unsur (element). Suatu unsur merupakan bentuk yang paling sederhana dari materi. Unsur tidak dapat diuraikan lagi menjadi zat-zat lain yang lebih sederhana. Oleh karena itu merupakan zat tunggal. Unsur adalah bentuk paling sederhana dari suatu zat, terdiri hanya dari satu jenis atom saja. Sampai saat ini sudah lebih dari 115 unsur yang dikenal. Unsur-unsur dikelompokkan pada suatu tabel yang disebut Tabel Periodik Unsur. (Acmad,1988:68)
b.      Senyawa
Senyawa merupakan jenis materi yang tersusun dari dua atau lebih unsur yang berikatan kimia atau senyawa dibentuk dari dua unsur atau lebih melalui reaksi kimia. Sifat suatu senyawa berbeda dengan sifat unsur-unsur penyusunnya. Contohnya adalah natrium klorida atau yang biasa dikenal dengan garam dapur. (Johari,2006:22)
c.       Campuran
Campuran merupakan gabungan dua atau Iebih zat tanpa perbandingan tertentu. Campuran ada yang berupa campuran homogen dan campuran heterogen. Campuran heterogen merupakan campuran yang masih memiliki batas yang dapat terlihat antara komponen-komponen penyusunnya. Campuran homogen merupakan campuran yang batas antar komponennya tidak terlihat. Campuran homogen dinamakan juga larutan, sedangkan campuran heterogen disebut juga suspense. (Acmad,1988:68)
Ø  Pemisahan Campuran
Garam dapur diperoleh melalui proses penguapan air laut. Penguapan merupakan salah satu cara memisahkan campuran atau suatu metode pemisahan. Metode pemisahan .bertujuan untuk mendapatkan zat murni atau beberapa zat murni dari suatu campuran. Berdasarkan tahap proses pemisahan, metode pemisahan dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu metode pemisahan sederhana dan metode pemisahan kompleks. Metode pemisahan sederhana adalah metode yang menggunakan cara satu tahap. Proses ini terbatas untuk memisahkan campuran atau larutan yang relatif sederhana. Metode pemisahan kompleks memerlukan beberapa tahapan kerja, diantaranya penambahan bahan tertentu ,pengaturan proses mekanik alat, dan reaksi-reaksi kimia yang diperlukan. Metode ini biasanya menggabungkan dua atau lebih metode sederhana. Contohnya, pengolahan bijih dari pertambangan memerlukan proses pemisahan kompleks.(Anonim,2009)
Larutan suatu zat dapat dipisahkan dari campurannya karena mempunyai perbedaan sifat. Menurut Johari, (2006:22) Beberapa dasar pemisahan campuran antara lain sebagai berikut :
  1. Ukuran partikel
Bila ukuran partikel zat yang akan dipisahkan berbeda dengan zat pencampur maka campuran dapat dipisahkan dengan metode filtrasi (penyaringan). Jika partikel zat hasil lebih kecil daripada zat pencampurnya, maka dapat dipilih penyaring atau media berpori yang sesuai dengan ukuran partikel zat yang diinginkan. Partikel zat yang lebih kecil akan melewati penyaring dan zat pencampurnya akan tertinggal pada penyaring.
  1. Titik didih
Bila antara zat yang ingin dipisahkan dari zat pencampur memiliki titik didih yang jauh berbeda dapat dipisahkan dengan metode destilasi. Apabila titik didih zat yang ingin dipisahkan lebih rendah daripada zat pencampur, maka pada saat campuran dipanaskan antara suhu didih zat tersebut dan di bawah suhu didih zat pencampur, zat tersebut akan lebih cepat menguap, sedangkan zat pencampur tetap dalam keadaan cair dan sedikit menguap ketika titik didihnya terlewati. Proses pemisahan dengan dasar perbedaan titik didih ini bila dilakukan dengan kontrol suhu yang ketat akan dapat memisahkan suatu zat dari campurannya dengan baik, karena suhu selalu dikontrol untuk tidak melewati titik didih campuran.
  1. Pengendapan
Suatu zat akan memiliki kecepatan mengendap yang berbeda dalam suatu campuran atau larutan tertentu. Zat-zat dengan berat jenis yng lebih besar daripada pelarutnya akan segera mengendap. Jika dalam suatu campuran mengandung satu atau beberapa zat dengan kecepatan pengendapan yang berbeda dan kita hanya menginginkan salah satu zat, maka dapat dipisahkan dengan metode sedimentasi atau sentrifugasi.
Ø  Menurut Acmad, (1988:70-74) Jenis-jenis /metode pemisahan adalah sebagai berikut:
a. Filtrasi
Filtrasi, yakni proses penyingkiran padatan dari cairan, adalah metoda pemurnian cairan dan larutan yang paling mendasar. Filtrasi tidak hanya digunakan dalam skala kecil di laboratorium tetapi juga di skala besar di unit pemurnian air. Kertas saring dan saringan digunakan untuk menyingkirkan padatan dari cairan atau larutan. Dengan mengatur ukuran mesh, ukuran partikel yang disingkirkan dapat dipilih.

b. Adsorpsi

Tidak mudah menyingkirkan partikel yang sangat sedikit dengan filtrasi sebab partikel semacam ini akan cenderung menyumbat penyaringnya. Dalam kasus semacam ini direkomendasikan penggunaan penyaring yang secara selektif mengadsorbsi sejumlah kecil pengotor. Bantuan penyaring apapun akan bisa digunakan bila saringannya berpori, hidrofob atau solvofob dan memiliki kisi yang kaku. Celit, keramik diatom dan tanah liat teraktivasi sering digunakan. Karbon teraktivasi memiliki luas permukaan yang besar dan dapat mengadsorbsi banyak senyawa organik dan sering digunakan untuk menyingkirkan zat yang berbau (dalam banyak kasus senyawa organik) dari udara atau air. Silika gel dapat mengadsorbsi air dan digunakan meluas sebagai desikan.

c. Rekristalisasi

Sebagai metoda pemurnian padatan, rekristalisasi memiliki sejarah yang panjang seperti distilasi. Walaupun beberapa metoda yang lebih rumit telah dikenalkan, rekristalisasi adalah metoda yang paling penting untuk pemurnian sebab kemudahannya (tidak perlu alat khusus) dan karena keefektifannya. Ke depannya rekristalisasi akan tetap metoda standar untuk memurnikan padatan.
Metoda ini sederhana, material padayan ini terlarut dalam pelarut yang cocok pada suhu tinggi (pada atau dekat titik didih pelarutnya) untuk mendapatkan larutan jenuh atau dekat jenuh. Ketika larutan panas pelahan didinginkan, kristal akan mengendap karena kelarutan padatan biasanya menurun bila suhu diturunkan. Diharapkan bahwa pengotor tidak akan mengkristal karena konsentrasinya dalam larutan tidak terlalu tinggi untuk mencapai jenuh.

d. Distilasi

Distilasi adalah seni memisahkan dan pemurnian dengan menggunakan perbedaan titik didih. Distilasi memiliki sejarah yang panjang dan asal distilasi dapat ditemukan di zaman kuno untuk mendapatkan ekstrak tumbuhan yang diperkirakan dapat merupakan sumber kehidupan. Teknik distilasi ditingkatkan ketika kondenser (pendingin) diperkenalkan. Gin dan whisky, dengan konsentrasi alkohol yang tinggi.

e. Ekstraksi

Ekstraksi adalah teknik yang sering digunakan bila senyawa organik (sebagian besar hidrofob) dilarutkan atau didispersikan dalam air. Pelarut yang tepat (cukup untuk melarutkan senyawa organik; seharusnya tidak hidrofob) ditambahkan pada fasa larutan dalam airnya, campuran kemudian diaduk dengan baik sehingga senyawa organik diekstraksi dengan baik. Lapisan organik dan air akan dapat dipisahkan dengan corong pisah, dan senyawa organik dapat diambil ulang dari lapisan organik dengan menyingkirkan pelarutnya. Pelarut yang paling sering digunakan adalah dietil eter C2H5OC2H5, yang memiliki titik didih rendah (sehingga mudah disingkirkan) dan dapat melarutkan berbagai senyawa organik. Ekstraksi bermanfaat untuk memisahkan campuran senyawa dengan berbagai sifat kimia yang berbeda.
f. Kromatografi
Kromatografi adalah cara pemisahan berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan pelarut pada suatu lapisan zat tertentu. Dasar pemisahan metode ini adalah kelarutan dalam pelarut tertentu, daya absorpsi oleh bahan penyerap, dan volatilitas (daya penguapan). Contoh proses kromatografi sederhana adalah kromatografi kertas untuk memisahkan tinta.
g. Sublimasi
Sublimasi merupakan metode pemisahan campuran dengan menguapkan zat padat tanpa melalui fasa cair terlebih dahulu sehingga kotoran yang tidak menyublim akan tertinggal. Bahan-bahan yang menggunakan metode ini adalah bahan yang mudah menyublim, seperti kamfer dan iod. Untuk mendapatkan iodium yang murni dari campurannya dilakukan dengan sublimasi. Campuran iodium dipanaskan pada gelas kimia yang ditutup dengan wadah yang diisi es.

  1. ALAT DAN BAHAN
4.1  Alat           :
Ø  Gelas kimia
Ø  Kaki tiga
Ø  Tabung sentrifugal
Ø  Kawat kassa
Ø  Cawan porselin
Ø  Spirtus
Ø  Kolom resi penukar ion
Ø  Batang pengaduk
Ø  Alat destilasi

4.2  Bahan        : 
Ø  Bubuk kapur
Ø  Garam dapur
Ø  Air
Ø  Yod
Ø  Kertas saring
Ø  1 ml larutan CCl4/CHCl3
Ø  5 ml larutan NaCl
Ø  Indicator PP
Ø  Kertas lakmus
Ø  Batu didih

  1. PELAKSANAAN PERCOBAAN :
  2.  PEMBAHASAN DAN DISKUSI :
6.1 Dekantasi dan Sentrifugasi
Percobaan pertama praktikan melakukan pemisahan dengan cara dekantasi dan sentrifugal. Bahan yang digunakan dalam praktik pertama ini adalah campuran serbuk kapur dengan air. Pada proses dekantasi praktikan mendiamkan campuran kapur dengan air didalam tabung reaksi. Hasil dari peroses ini adalah serbuk kapur mengendap dibagian bawah tabung reaksi dan air berada dibagian atas dari endapan serbuk kapur. Hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh gaya gravitasi,selain itu mengendapnya serbuk kapur juga dipengaruhi oleh perbedaan berat jenis antara kapur dengan air. Dimana berat jenis kapur lebih besar dibandingkan berat jenis air, berat jenis kapur (CaCO3sebesar 2.83 gr/cm3 sedangkan berat jenis air sebesar 1 gr/cm3. Pada proses pemisahan dengan cara sentrifugal praktikan meletakkan tabung reaksi yang berisi campuran serbuk kapur dan air pada alat sentrifugal kemudian memutarnya beberapa detik. Hasil dari proses ini adalah serbuk kapur mengendap dibagian bawah tabung reaksi dan air berada dibagian atas dari endapan serbuk kapur. Jika dibandingkan antara hasil pemisahan secara dekantasi dengan pemisahan secara sentrifugal, maka dari hasil pemisahan sentrifugal endapan kapurnya lebih banyak dan airnya lebih jernih dibandingkan dengan pemisahan yang secara dekantasi. Hal ini terjadi karena gaya sentrifugal lebih besar dibandingkan gaya gravitasi. Gaya sentrifugal sebesar Fs = m v2 / r (m adalah massa dan v adalah kecepatan sentrifugal dan r adalah jari-jari) sedangkan gaya gravitasi sebesar 9,8 m/s2.
6.2 Filtrasi dan Kristalisasi
Pada percobaan kedua praktikan melakukan pemisahan campuran dengan cara filtrasi dan kristalisasi. Berdasarkan teori pengertian filtrasi adalah pemisahan campuran berdasarkan perbedaan ukuran partikel sedangkan kristalisasi  adalah proses pemisahan campuran berdasarkan perbedaan titik didih yang hasilnya berupa Kristal. Pada percobaan ini, praktikan mencampurkan garam kotor dan kasar dengan air, kemudian larutan tersebut di filtrasi menggunakan kertas saring. Hasil dari filtrasi dipanaskan hingga airnya menguap. Hasil akhir garam yang terbentuk adalah garam yang halus dan bersih. Hal ini terjadi karena partikel-partikel kotoran telah tersaring oleh kertas saring pada proses filtrasi. Kotoran yang memiliki ukuran partikel lebih besar daripada ukuran partikel garam yang telah terlarut dalam air akan tersisih diatas kertas saring sedangkan larutan gram+air berhasil lolos melewati lubang-lubang kertas saring. Sedangkan hasil garamnya lebih halus karena garam telah dilarutkan kedalam air dan yang telah melewati kertas saring adalah partikel-partikel kecil saja sehingga, garam yang dihasilkan lebih halus daripada sebelumnya. Pada proses pemanasan/penguapan yang tersisa adalah garam sedangkan airnya telah menguap. Hal ini terjadi karena titik didih air lebih kecil daripada titik didih garam, titik didih garam sebesar 1465 °C dan titik didih air sebesar 100˚C.
6.3 Ekstraksi
Pada percobaan ketiga praktikan melakukan pemisahan campuran dengan cara ekstraksi. Berdasarkan teori ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan yang lainnya pelarut organik. Dalam percobaan ini praktikan menggunakan yod yang diberi tambahan larutan CCl4. Awalnya warna dari campuran yod dan air adalah kuning namun setelah diberi tambahan larutan CCl4 dan dikocok beberapa saat, yod mengendap dan memisah dari larutan, yod yang memisah itu berwarna ungu. Hal ini disebabkan oleh larutan CCl4 yang dapat melarutkan yod karena sama-sama merupakan senyawa non-polar. Karena air merupakan senyawa polar, maka antara air dengan campuran yod dan CCl4 tidak bisa menyatu, terlihat dengan adanya lapisan dalam larutan (batas fasa) akibat perbedaan antara partikel ringan dan berat.
6.4 Resin Penukar Ion

Pada percobaan keempat praktikan melakukan pemisahan campuran dengan cara resin penukar ion. Berdasarkan teori penukaran ion merupakan proses dimana ion-ion dari suatu larutan elektrolit diikat pada permukaan bahan padat sebagai pengganti ion-ion tersebut, ion-ion bahan padat diberikan kedalam larutan. Pertukaran hanya dapat terjadi pada ion-ion sejenis dan berlangsung pada waktu yang singkat, yaitu pada saat kontak antara larutan elektrolit dengan penukar ion. NaCl sebelum melewati resin penukar ion bersifat netral, sedangkan setelah melewati resin NaCl berubah menjadi suasana basa. Dalam resin ini terjadi reaksi: NaCl + OH- + resin        NaOH + resin + Cl-
Cl- terikat pada resin sedangkan OH- terikat pada Na+. Sehingga larutannya menjadi basa. Kemudian hasilnya dites dengan indikator PP menghasilkan larutan yang berwarna merah dan bila dites menggunakan kertas lakmus merah warnanya berubah menjadi biru.
NaCl sebelum melewati resin bersifat netral, sedangkan setelah melewati resin NaCl berubah menjadi suasana asam. Dalam resin ini terjadi reaksi: NaCl + H+ + → HCl + resin + Na+. Na+ terikat pada resin sedangkan H+ terikat pada Cl-. Hal tersebut membuat larutan menjadi asam. Kemudian pabila dites oleh indikator PP tidak berwarna, apabila dites menggunakan lakmus biru maka hasilnya berubah warna menjadi merah.
6.5 Destilasi
Pada percobaan terakhir praktikan melakukan pemisahan campuran dengan cara Destilasi. Berdasarkan teori yang sering dikemukakan destilasi adalah suatu proses atau metode pemisahan berdasarkan perbedaan titik didih suatu larutan. Percobaan yang dilakukan praktikan adalah memasukkan  larutan garam kedalam alat destilasi. Hasil dari proses destilasi yaitu berupa air murni. Cara kerja dari alat destilasi adalah larutan garam diuapkan, kemudian uap tersebut masuk kedalam tabung kondensor untuk didinginkan sehingga uap tadi berubah menjadi air lagi (larutan). Air murni tersebut akan ditampung didalam labuh elemeyer atau beakerglass.
7.     KESIMPULAN
7.1  Perubahan materi yang menyangkut perubahan kimia adalah sifat dimana materi tersebut dapat diamati setelah materi tersebut telah mengalami perubahan (reaksi) misalnya: beracun,mudah terbakar,mengendap,membusuk,dll
7.2  Pemisahan campuran suatu larutan yang secara fisika meliputi dekantasi dan sentrifugasi, filtrasi dan kristalisasi, ekstraksi, destilasi. Sedangkan pemisahan campuran suatu larutan yang secara kimia yaitu resin penukar ion. Dekantasi dan sentrifugasi pemisahan campuran berdasarkan perbedaan ukuran partikel yang dilakukan secara oral. Filtrasi merupakan metode pemisahan campuran berdasarkan perbedaan ukuran partikel. Kristalisasi merupakan proses pemisahan campuran berdasarkan perbedaan titik didih/ titip uap dengan hasil filtrate berupa kristal. Ekstraksi merupakan pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kelarutan komponen dalam pelarut yang berbeda. Sedangkan destilasi adalah metode pemisahan campuran berdasarkan perbedaan titik didih dengan hasil filtrate berupa cairan.







DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Hiskia dan Tupamalu.1988. Struktur Atom Dan Molekul Sistem Periodik. Bandung:ITB Press.
____________ . 1988. Kimia Dasar. Jakarta : UT.
Tohari, sandri.2006. Kimia. Bogor : Yudistira.
Anonim. 2009. Permurnian material. http://www.chem-is-try.org/materi  _kimia /kimia_dasar/  pemurnian-material/metoda-pemisahan-standar/ ( diakses17 november 2012)
Anonim, 2012. Kimia Unsur. http://bee-cllalu.blogspot.com/2012/04/kimia-dasar-ii.html  ( diakses17 november 2012)