Rabu, 28 November 2012

PRAKTIKUM KIMDAS 2

LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR
“PERUBAHAN MATERI DAN CARA-CARA PEMISAHAN”

  1. PERCOBAAN :
1.1  Judul Percobaan                :Perubahan Materi dan Cara-Cara Pemisahan
1.2  Tanggal Percobaan            : 20 Nopember 2012
1.3  Nama Asisten                    : Anashta Verill V
  1. TUJUAN PERCOBAAN :
2.1  Mempelajari perubahan materi yang menyangkut perubahan kimia
2.2  Mempelajari teknik cara pemisahan dan pemurnian satu atau beberapa zat dari campuran zat
  1. DASAR TEORI :
Secara umum, materi dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu unsur, senyawa, dan campuran. Unsur merupakan jenis materi yang paling sederhana dengan sifat fisika dan kimia yang unik. Suatu unsur hanya memiliki satu jenis atom penyusun. Oleh karena itu, unsur tidak dapat dibagi-bagi lagi baik secara fisika maupun secara kimia. Senyawa merupakan jenis materi yang tersusun dari dua atau lebih unsur yang berikatan kimia. Air, garam dapur dan karbon dioksida merupakan contoh senyawa yang umum. Campuran merupakan gabungan dua atau lebih zat tanpa perbandingan tertentu. Campuran ada yang berupa campuran homogen dan campuran heterogen. Baik unsur, senyawa dan campuran memiliki sifat-sifat dan masing-masing dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat-sifatnya. Banyak unsur, senyawa maupun campuran yang dapat digunakan sehari-hari. (Anonim,2012)
a.       Unsur
Sudah sejak zaman dulu, para ahli fikir menduga bahwa ada zat-zat yang berfungsi sebagai zat dasar atau zat penyusun dari seluruh zat yang ada di alam semesta ini. Zat semesta itu disebut unsur (element). Suatu unsur merupakan bentuk yang paling sederhana dari materi. Unsur tidak dapat diuraikan lagi menjadi zat-zat lain yang lebih sederhana. Oleh karena itu merupakan zat tunggal. Unsur adalah bentuk paling sederhana dari suatu zat, terdiri hanya dari satu jenis atom saja. Sampai saat ini sudah lebih dari 115 unsur yang dikenal. Unsur-unsur dikelompokkan pada suatu tabel yang disebut Tabel Periodik Unsur. (Acmad,1988:68)
b.      Senyawa
Senyawa merupakan jenis materi yang tersusun dari dua atau lebih unsur yang berikatan kimia atau senyawa dibentuk dari dua unsur atau lebih melalui reaksi kimia. Sifat suatu senyawa berbeda dengan sifat unsur-unsur penyusunnya. Contohnya adalah natrium klorida atau yang biasa dikenal dengan garam dapur. (Johari,2006:22)
c.       Campuran
Campuran merupakan gabungan dua atau Iebih zat tanpa perbandingan tertentu. Campuran ada yang berupa campuran homogen dan campuran heterogen. Campuran heterogen merupakan campuran yang masih memiliki batas yang dapat terlihat antara komponen-komponen penyusunnya. Campuran homogen merupakan campuran yang batas antar komponennya tidak terlihat. Campuran homogen dinamakan juga larutan, sedangkan campuran heterogen disebut juga suspense. (Acmad,1988:68)
Ø  Pemisahan Campuran
Garam dapur diperoleh melalui proses penguapan air laut. Penguapan merupakan salah satu cara memisahkan campuran atau suatu metode pemisahan. Metode pemisahan .bertujuan untuk mendapatkan zat murni atau beberapa zat murni dari suatu campuran. Berdasarkan tahap proses pemisahan, metode pemisahan dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu metode pemisahan sederhana dan metode pemisahan kompleks. Metode pemisahan sederhana adalah metode yang menggunakan cara satu tahap. Proses ini terbatas untuk memisahkan campuran atau larutan yang relatif sederhana. Metode pemisahan kompleks memerlukan beberapa tahapan kerja, diantaranya penambahan bahan tertentu ,pengaturan proses mekanik alat, dan reaksi-reaksi kimia yang diperlukan. Metode ini biasanya menggabungkan dua atau lebih metode sederhana. Contohnya, pengolahan bijih dari pertambangan memerlukan proses pemisahan kompleks.(Anonim,2009)
Larutan suatu zat dapat dipisahkan dari campurannya karena mempunyai perbedaan sifat. Menurut Johari, (2006:22) Beberapa dasar pemisahan campuran antara lain sebagai berikut :
  1. Ukuran partikel
Bila ukuran partikel zat yang akan dipisahkan berbeda dengan zat pencampur maka campuran dapat dipisahkan dengan metode filtrasi (penyaringan). Jika partikel zat hasil lebih kecil daripada zat pencampurnya, maka dapat dipilih penyaring atau media berpori yang sesuai dengan ukuran partikel zat yang diinginkan. Partikel zat yang lebih kecil akan melewati penyaring dan zat pencampurnya akan tertinggal pada penyaring.
  1. Titik didih
Bila antara zat yang ingin dipisahkan dari zat pencampur memiliki titik didih yang jauh berbeda dapat dipisahkan dengan metode destilasi. Apabila titik didih zat yang ingin dipisahkan lebih rendah daripada zat pencampur, maka pada saat campuran dipanaskan antara suhu didih zat tersebut dan di bawah suhu didih zat pencampur, zat tersebut akan lebih cepat menguap, sedangkan zat pencampur tetap dalam keadaan cair dan sedikit menguap ketika titik didihnya terlewati. Proses pemisahan dengan dasar perbedaan titik didih ini bila dilakukan dengan kontrol suhu yang ketat akan dapat memisahkan suatu zat dari campurannya dengan baik, karena suhu selalu dikontrol untuk tidak melewati titik didih campuran.
  1. Pengendapan
Suatu zat akan memiliki kecepatan mengendap yang berbeda dalam suatu campuran atau larutan tertentu. Zat-zat dengan berat jenis yng lebih besar daripada pelarutnya akan segera mengendap. Jika dalam suatu campuran mengandung satu atau beberapa zat dengan kecepatan pengendapan yang berbeda dan kita hanya menginginkan salah satu zat, maka dapat dipisahkan dengan metode sedimentasi atau sentrifugasi.
Ø  Menurut Acmad, (1988:70-74) Jenis-jenis /metode pemisahan adalah sebagai berikut:
a. Filtrasi
Filtrasi, yakni proses penyingkiran padatan dari cairan, adalah metoda pemurnian cairan dan larutan yang paling mendasar. Filtrasi tidak hanya digunakan dalam skala kecil di laboratorium tetapi juga di skala besar di unit pemurnian air. Kertas saring dan saringan digunakan untuk menyingkirkan padatan dari cairan atau larutan. Dengan mengatur ukuran mesh, ukuran partikel yang disingkirkan dapat dipilih.

b. Adsorpsi

Tidak mudah menyingkirkan partikel yang sangat sedikit dengan filtrasi sebab partikel semacam ini akan cenderung menyumbat penyaringnya. Dalam kasus semacam ini direkomendasikan penggunaan penyaring yang secara selektif mengadsorbsi sejumlah kecil pengotor. Bantuan penyaring apapun akan bisa digunakan bila saringannya berpori, hidrofob atau solvofob dan memiliki kisi yang kaku. Celit, keramik diatom dan tanah liat teraktivasi sering digunakan. Karbon teraktivasi memiliki luas permukaan yang besar dan dapat mengadsorbsi banyak senyawa organik dan sering digunakan untuk menyingkirkan zat yang berbau (dalam banyak kasus senyawa organik) dari udara atau air. Silika gel dapat mengadsorbsi air dan digunakan meluas sebagai desikan.

c. Rekristalisasi

Sebagai metoda pemurnian padatan, rekristalisasi memiliki sejarah yang panjang seperti distilasi. Walaupun beberapa metoda yang lebih rumit telah dikenalkan, rekristalisasi adalah metoda yang paling penting untuk pemurnian sebab kemudahannya (tidak perlu alat khusus) dan karena keefektifannya. Ke depannya rekristalisasi akan tetap metoda standar untuk memurnikan padatan.
Metoda ini sederhana, material padayan ini terlarut dalam pelarut yang cocok pada suhu tinggi (pada atau dekat titik didih pelarutnya) untuk mendapatkan larutan jenuh atau dekat jenuh. Ketika larutan panas pelahan didinginkan, kristal akan mengendap karena kelarutan padatan biasanya menurun bila suhu diturunkan. Diharapkan bahwa pengotor tidak akan mengkristal karena konsentrasinya dalam larutan tidak terlalu tinggi untuk mencapai jenuh.

d. Distilasi

Distilasi adalah seni memisahkan dan pemurnian dengan menggunakan perbedaan titik didih. Distilasi memiliki sejarah yang panjang dan asal distilasi dapat ditemukan di zaman kuno untuk mendapatkan ekstrak tumbuhan yang diperkirakan dapat merupakan sumber kehidupan. Teknik distilasi ditingkatkan ketika kondenser (pendingin) diperkenalkan. Gin dan whisky, dengan konsentrasi alkohol yang tinggi.

e. Ekstraksi

Ekstraksi adalah teknik yang sering digunakan bila senyawa organik (sebagian besar hidrofob) dilarutkan atau didispersikan dalam air. Pelarut yang tepat (cukup untuk melarutkan senyawa organik; seharusnya tidak hidrofob) ditambahkan pada fasa larutan dalam airnya, campuran kemudian diaduk dengan baik sehingga senyawa organik diekstraksi dengan baik. Lapisan organik dan air akan dapat dipisahkan dengan corong pisah, dan senyawa organik dapat diambil ulang dari lapisan organik dengan menyingkirkan pelarutnya. Pelarut yang paling sering digunakan adalah dietil eter C2H5OC2H5, yang memiliki titik didih rendah (sehingga mudah disingkirkan) dan dapat melarutkan berbagai senyawa organik. Ekstraksi bermanfaat untuk memisahkan campuran senyawa dengan berbagai sifat kimia yang berbeda.
f. Kromatografi
Kromatografi adalah cara pemisahan berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan pelarut pada suatu lapisan zat tertentu. Dasar pemisahan metode ini adalah kelarutan dalam pelarut tertentu, daya absorpsi oleh bahan penyerap, dan volatilitas (daya penguapan). Contoh proses kromatografi sederhana adalah kromatografi kertas untuk memisahkan tinta.
g. Sublimasi
Sublimasi merupakan metode pemisahan campuran dengan menguapkan zat padat tanpa melalui fasa cair terlebih dahulu sehingga kotoran yang tidak menyublim akan tertinggal. Bahan-bahan yang menggunakan metode ini adalah bahan yang mudah menyublim, seperti kamfer dan iod. Untuk mendapatkan iodium yang murni dari campurannya dilakukan dengan sublimasi. Campuran iodium dipanaskan pada gelas kimia yang ditutup dengan wadah yang diisi es.

  1. ALAT DAN BAHAN
4.1  Alat           :
Ø  Gelas kimia
Ø  Kaki tiga
Ø  Tabung sentrifugal
Ø  Kawat kassa
Ø  Cawan porselin
Ø  Spirtus
Ø  Kolom resi penukar ion
Ø  Batang pengaduk
Ø  Alat destilasi

4.2  Bahan        : 
Ø  Bubuk kapur
Ø  Garam dapur
Ø  Air
Ø  Yod
Ø  Kertas saring
Ø  1 ml larutan CCl4/CHCl3
Ø  5 ml larutan NaCl
Ø  Indicator PP
Ø  Kertas lakmus
Ø  Batu didih

  1. PELAKSANAAN PERCOBAAN :
  2.  PEMBAHASAN DAN DISKUSI :
6.1 Dekantasi dan Sentrifugasi
Percobaan pertama praktikan melakukan pemisahan dengan cara dekantasi dan sentrifugal. Bahan yang digunakan dalam praktik pertama ini adalah campuran serbuk kapur dengan air. Pada proses dekantasi praktikan mendiamkan campuran kapur dengan air didalam tabung reaksi. Hasil dari peroses ini adalah serbuk kapur mengendap dibagian bawah tabung reaksi dan air berada dibagian atas dari endapan serbuk kapur. Hal ini terjadi karena dipengaruhi oleh gaya gravitasi,selain itu mengendapnya serbuk kapur juga dipengaruhi oleh perbedaan berat jenis antara kapur dengan air. Dimana berat jenis kapur lebih besar dibandingkan berat jenis air, berat jenis kapur (CaCO3sebesar 2.83 gr/cm3 sedangkan berat jenis air sebesar 1 gr/cm3. Pada proses pemisahan dengan cara sentrifugal praktikan meletakkan tabung reaksi yang berisi campuran serbuk kapur dan air pada alat sentrifugal kemudian memutarnya beberapa detik. Hasil dari proses ini adalah serbuk kapur mengendap dibagian bawah tabung reaksi dan air berada dibagian atas dari endapan serbuk kapur. Jika dibandingkan antara hasil pemisahan secara dekantasi dengan pemisahan secara sentrifugal, maka dari hasil pemisahan sentrifugal endapan kapurnya lebih banyak dan airnya lebih jernih dibandingkan dengan pemisahan yang secara dekantasi. Hal ini terjadi karena gaya sentrifugal lebih besar dibandingkan gaya gravitasi. Gaya sentrifugal sebesar Fs = m v2 / r (m adalah massa dan v adalah kecepatan sentrifugal dan r adalah jari-jari) sedangkan gaya gravitasi sebesar 9,8 m/s2.
6.2 Filtrasi dan Kristalisasi
Pada percobaan kedua praktikan melakukan pemisahan campuran dengan cara filtrasi dan kristalisasi. Berdasarkan teori pengertian filtrasi adalah pemisahan campuran berdasarkan perbedaan ukuran partikel sedangkan kristalisasi  adalah proses pemisahan campuran berdasarkan perbedaan titik didih yang hasilnya berupa Kristal. Pada percobaan ini, praktikan mencampurkan garam kotor dan kasar dengan air, kemudian larutan tersebut di filtrasi menggunakan kertas saring. Hasil dari filtrasi dipanaskan hingga airnya menguap. Hasil akhir garam yang terbentuk adalah garam yang halus dan bersih. Hal ini terjadi karena partikel-partikel kotoran telah tersaring oleh kertas saring pada proses filtrasi. Kotoran yang memiliki ukuran partikel lebih besar daripada ukuran partikel garam yang telah terlarut dalam air akan tersisih diatas kertas saring sedangkan larutan gram+air berhasil lolos melewati lubang-lubang kertas saring. Sedangkan hasil garamnya lebih halus karena garam telah dilarutkan kedalam air dan yang telah melewati kertas saring adalah partikel-partikel kecil saja sehingga, garam yang dihasilkan lebih halus daripada sebelumnya. Pada proses pemanasan/penguapan yang tersisa adalah garam sedangkan airnya telah menguap. Hal ini terjadi karena titik didih air lebih kecil daripada titik didih garam, titik didih garam sebesar 1465 °C dan titik didih air sebesar 100˚C.
6.3 Ekstraksi
Pada percobaan ketiga praktikan melakukan pemisahan campuran dengan cara ekstraksi. Berdasarkan teori ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan yang lainnya pelarut organik. Dalam percobaan ini praktikan menggunakan yod yang diberi tambahan larutan CCl4. Awalnya warna dari campuran yod dan air adalah kuning namun setelah diberi tambahan larutan CCl4 dan dikocok beberapa saat, yod mengendap dan memisah dari larutan, yod yang memisah itu berwarna ungu. Hal ini disebabkan oleh larutan CCl4 yang dapat melarutkan yod karena sama-sama merupakan senyawa non-polar. Karena air merupakan senyawa polar, maka antara air dengan campuran yod dan CCl4 tidak bisa menyatu, terlihat dengan adanya lapisan dalam larutan (batas fasa) akibat perbedaan antara partikel ringan dan berat.
6.4 Resin Penukar Ion

Pada percobaan keempat praktikan melakukan pemisahan campuran dengan cara resin penukar ion. Berdasarkan teori penukaran ion merupakan proses dimana ion-ion dari suatu larutan elektrolit diikat pada permukaan bahan padat sebagai pengganti ion-ion tersebut, ion-ion bahan padat diberikan kedalam larutan. Pertukaran hanya dapat terjadi pada ion-ion sejenis dan berlangsung pada waktu yang singkat, yaitu pada saat kontak antara larutan elektrolit dengan penukar ion. NaCl sebelum melewati resin penukar ion bersifat netral, sedangkan setelah melewati resin NaCl berubah menjadi suasana basa. Dalam resin ini terjadi reaksi: NaCl + OH- + resin        NaOH + resin + Cl-
Cl- terikat pada resin sedangkan OH- terikat pada Na+. Sehingga larutannya menjadi basa. Kemudian hasilnya dites dengan indikator PP menghasilkan larutan yang berwarna merah dan bila dites menggunakan kertas lakmus merah warnanya berubah menjadi biru.
NaCl sebelum melewati resin bersifat netral, sedangkan setelah melewati resin NaCl berubah menjadi suasana asam. Dalam resin ini terjadi reaksi: NaCl + H+ + → HCl + resin + Na+. Na+ terikat pada resin sedangkan H+ terikat pada Cl-. Hal tersebut membuat larutan menjadi asam. Kemudian pabila dites oleh indikator PP tidak berwarna, apabila dites menggunakan lakmus biru maka hasilnya berubah warna menjadi merah.
6.5 Destilasi
Pada percobaan terakhir praktikan melakukan pemisahan campuran dengan cara Destilasi. Berdasarkan teori yang sering dikemukakan destilasi adalah suatu proses atau metode pemisahan berdasarkan perbedaan titik didih suatu larutan. Percobaan yang dilakukan praktikan adalah memasukkan  larutan garam kedalam alat destilasi. Hasil dari proses destilasi yaitu berupa air murni. Cara kerja dari alat destilasi adalah larutan garam diuapkan, kemudian uap tersebut masuk kedalam tabung kondensor untuk didinginkan sehingga uap tadi berubah menjadi air lagi (larutan). Air murni tersebut akan ditampung didalam labuh elemeyer atau beakerglass.
7.     KESIMPULAN
7.1  Perubahan materi yang menyangkut perubahan kimia adalah sifat dimana materi tersebut dapat diamati setelah materi tersebut telah mengalami perubahan (reaksi) misalnya: beracun,mudah terbakar,mengendap,membusuk,dll
7.2  Pemisahan campuran suatu larutan yang secara fisika meliputi dekantasi dan sentrifugasi, filtrasi dan kristalisasi, ekstraksi, destilasi. Sedangkan pemisahan campuran suatu larutan yang secara kimia yaitu resin penukar ion. Dekantasi dan sentrifugasi pemisahan campuran berdasarkan perbedaan ukuran partikel yang dilakukan secara oral. Filtrasi merupakan metode pemisahan campuran berdasarkan perbedaan ukuran partikel. Kristalisasi merupakan proses pemisahan campuran berdasarkan perbedaan titik didih/ titip uap dengan hasil filtrate berupa kristal. Ekstraksi merupakan pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kelarutan komponen dalam pelarut yang berbeda. Sedangkan destilasi adalah metode pemisahan campuran berdasarkan perbedaan titik didih dengan hasil filtrate berupa cairan.







DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Hiskia dan Tupamalu.1988. Struktur Atom Dan Molekul Sistem Periodik. Bandung:ITB Press.
____________ . 1988. Kimia Dasar. Jakarta : UT.
Tohari, sandri.2006. Kimia. Bogor : Yudistira.
Anonim. 2009. Permurnian material. http://www.chem-is-try.org/materi  _kimia /kimia_dasar/  pemurnian-material/metoda-pemisahan-standar/ ( diakses17 november 2012)
Anonim, 2012. Kimia Unsur. http://bee-cllalu.blogspot.com/2012/04/kimia-dasar-ii.html  ( diakses17 november 2012)

PRAKTIKUM KIMDAS 1


LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA DASAR
“PENGETAHUAN POKOK DAN TEKNIK LABORATORIUM”

  1. PERCOBAAN :
1.1  Judul Percobaan                :Pengetahuan Pokok dan Teknik Laboratorium
1.2  Tanggal Percobaan            : 20 Nopember 2012
1.3  Nama Asisten                    : Anashta Verill V
  1. TUJUAN PERCOBAAN :
2.1  Mengenal dan mempelajari  beberapa peralatan dasar laboratorium kimia dan penggunaannya.
2.2  Mengenal dan mempelajari teknik-teknik laboratorium dan petunjuk-petunjuk keselamatan laboratorium.
  1. DASAR TEORI :
4.1 Laboratorium
Laboratorium adalah suatu tempat dimana mahasiswa atau praktikan, dosen, dan peneliti melakukan percobaan. Bekerja di laboratorium kimia tak akan lepas dari berbagai kemungkinan terjadinya bahaya dari berbagai jenis bahan kimia baik yang bersifat sangat berbahaya maupun yang bersifat berbahaya. Selain itu, peralatan yang ada di dalam Laboratorium juga dapat mengakibatkan bahaya yang tak jarang berisiko tinggi bagi praktikan yang sedang melakukan praktikum jika tidak mengetahui cara dan prosedur penggunaan alat yang akan digunakan. Setiap percobaan kita selalu menggunakan peralatan yang berbeda atau meskipun sama tapi ukurannya berbeda. Misalnya untuk mengambil larutan dalam jumlah sedikit kita harus menggunakan gelas ukur bukan beaker glass ataupun erlenmeyer karena ketelitian gelas ukur yang tinggi dan memang untuk mengukur zat cair serta mudah digunakan, sedangkan beaker glass hanya sebagai wadah atau tempat larutan atau sampel, meskipun terdapat skala pada beaker glass namun skala ini tidak akurat dan tidak boleh digunakan untuk mengukur sampel yang sangat sensitif. Begitu pula dengan prosedur percobaan yang lain, kita harus bisa menyesuaikan dan menggunakan peralatan untuk praktikum tersebut. Oleh karena itu, kita harus mengetahui bagaimana cara menggunakan alat – alat tersebut dengan tepat sehingga tidak akan mengganggu kelancaran praktikum dan tidak terjadi kecelakaan akibat dari kesalahan praktikan. (Ibnu, 1976:135)

4.2 Peralatan Dasar Dalam Laboratorium
Menurut Keenan, (1989:68-72) Peralatan dasar laboratorium kimia dan fungsinya adalah sebagai berikut:
1.      Gelas Kimia (beaker) : Berupa gelas tinggi, berdiameter besar dengan skala sepanjang dindingnya. Terbuat dari kaca borosilikat yang tahan terhadap panas hingga suhu 200 . Ukuran alat ini ada yang 50 mL, 100 mL dan 2 L.
Fungsi :Untuk mengukur volume larutan yang tidak memerlukan tingkat ketelitian yang  tinggi, menampung zat kimia dan memanaskan cairan, media pemanasan cairan.
2.  Labu Erlenmeyer : Berupa gelas yang diameternya semakin ke atas semakin kecil dengan skala sepanjang dindingnya. Ukurannya mulai dari 10 mL sampai 2 L.
Fungsi : Untuk menyimpan dan memanaskan larutan, menampung filtrat hasil penyaringan, menampung titran (larutan yang dititrasi) pada proses titrasi.
3.  Gelas ukur : Berupa gelas tinggi dengan skala di sepanjang dindingnya. Terbuat dari kaca atau plastik yang tidak tahan panas. Ukurannya mulai dari 10 mL sampai 2 L.
Fungsi :Untuk mengukur volume larutan yang  tidak memerlukan tingkat ketelitian tinggi dalam jumlah tertentu.
4.  Pipet : alat untuk mengambil cairan dalam jumlah tertentu maupun takaran   bebas. Jenisnya :
a.   Pipet seukuran : digunakan untuk mengambil cairan dalam jumlah tertentu secara tepat, bagian tengahnya menggelembung.
b.  Pipet berukuran : berupa pipa kurus dengan skala di sepanjang dindingnya. Berguna untuk mengukur dan memindahkan larutan dengan volume tertentu secara tepat.
c.   Pipet tetes : berupa pipa kecil terbuat dari plastik atau kaca dengan ujung bawahnya meruncing serta ujung atasnya ditutupi karet. Berguna untuk mengambil cairan dalam skala tetesan kecil.
5.  Buret : berupa tabung kaca bergaris dan memiliki kran di ujungnya. Ukurannya mulai dari 5 dan 10 mL (mikroburet) dengan skala 0,01 mL, dan 25 dan 50 mL dengan skala 0,05 mL.
Fungsi : Untuk mengeluarkan larutan dengan volume tertentu, biasanya digunakan untuk titrasi.
6.  Tabung reaksi : berupa tabung yang kadang dilengkapi dengan tutup. Terbuat dari kaca borosilikat tahan panas, terdiri dari berbagai ukuran.
Fungsi : Sebagai tempat untuk mereaksikan bahan kimia, untuk melakukan reaksi kimia dalam skala kecil
7.  Kaca arloji : terbuat dari kaca bening, terdiri dari berbagai ukuran diameter.
Fungsi : Sebagai penutup gelas kimia saat memanaskan sampel, tempat saat menimbang bahan kimia, tempat untuk mengeringkan padatan dalam desikator.
8.  Corong : terbuat dari plastik atau kaca tahan panas dan memiliki bentuk seperti gelas bertangkai, terdiri dari corong dengan tangkai panjang dan pendek. Cara menggunakannya dengan meletakkan kertas saring ke dalam corong tersebut.
Fungsi : Untuk menyaring campuran kimia dengan gravitasi.
9.  Cawan : terbuat dari porselen dan biasa digunakan untuk menguapkan larutan.
10. Mortar dan pestle : terbuat dari porselen, kaca atau batu granit yang dapat digunakan untuk menghancurkan dan mencampurkan padatan kimia.
11. Spatula : berupa sendok panjang dengan ujung atasnya datar, terbuat dari stainless steel atau alumunium.
Fungsi : Untuk mengambil bahan kimia yang berbentuk padatan, dipakai untuk mengaduk larutan.
12. Batang pengaduk : terbuat dari kaca tahan panas, digunakan untuk mengaduk cairan di dalam gelas kimia.
13. Kawat kasa : kawat yang dilapisi dengan asbes, digunakan sebagai alas dalam penyebaran panas yang berasal dari suatu pembakar.
14.  Kaki tiga : besi yang menyangga ring dan digunakan untuk menahan kawat kasa dalam pemanasan.
15.  Burner / pembakar spiritus : digunakan untuk memanaskan bahan kimia.
16. Bola hisap : digunakan untuk membantu proses pengambilan cairan. Terbuat dari karet yang disertai dengan tanda untuk menyedot cairan (suction), mengambil udara (aspirate) dan mengosongkan (empty).
17. Neraca analisis : digunakan untuk menimbang padatan kimia.
4.3 Teknik-Teknik Laboratorium dan Petunjuk-Petunjuk Keselamatan Laboratorium menurut Mahan,(1987:269-271)
1.  Cara memanaskan cairan
Harus memperhatikan kemungkinan terjadinya bumping (meloncatnya cairan akibat peningkatan suhu drastis). Cara mencegahnya dengan menambahkan batu didih ke dalam gelas kimia.
a.       Pemanasan cairan dalam tabung reaksi
Ø  Jangan sampai mengarahkan mulut tabung reaksi kepada praktikan baik diri sendiri maupun orang lain
Ø  Jepit tabung reaksi pada bagian dekat dengan mulut tabung
Ø  Posisi tabung ketika memanaskan cairan agak miring, aduk dan sesekali dikocok
Ø  Pengocokan terus dilakukan sesaat setelah pemanasan
b.    Pemanasan cairan dalam gelas kimia dan labu Erlenmeyer
Bagian bawah dapat kontak langsung dengan api sambil cairannya digoyangkan perlahan, sesekali diangkat bila mendidih.
2.     Cara membaca volume pada gelas ukur
Masukkan cairan yang akan diukur lalu tepatkan dengan pipet tetes sampai skala yang diinginkan. Bagian terpenting dalam membaca skala di gelas ukur tersebut adalah garis singgung skala harus sesuai dengan meniskus cairan. Meniskus adalah garis lengkung permukaan cairan yang disebabkan adanya gaya kohesi atau adhesi zat cair dengan gelas ukur.
3.     Cara menggunakan buret
Sebelum digunakan, buret harus dibilas dengan larutan yang akan digunakan. Cara mengisinya :
Kran ditutup kemudian larutan dimasukkan dari bagian atas menggunakan corong gelas. Jangan mengisi buret dengan posisi bagian atasnya lebih tinggi dari mata kita. Turunkan buret dan statifnya ke lantai agar jika ada larutan yang tumpah dari corong tidak terpercik ke mata. Jangan sampai ada gelembung yang tertinggal di bagian bawah buret. Jika sudah tidak ada gelembung, tutup kran. Selanjutnya isi buret hingga melebihi skala nol, lalu buka kran sedikit untuk mengatur cairan agar tepat pada skala nol.
4.     Cara menggunakan neraca analitis
Ø   Nolkan terlebih dulu neraca tersebut
Ø   Letakkan zat yang akan ditimbang pada bagian timbangan
Ø   Baca nilai yang tertera pada layar monitor neraca
Ø   Setelah digunakan, nolkan kembali neraca tersebut
5. Cara menghirup bau zat
Jangan pernah menghirup gas atau uap senyawa secara langsung! Gunakan tangan dengan mengibaskan bau sedikit sampel gas ke hidung.

4.4 Peralatan keselamatan kerja di laboratorium antara lain:
1.      Jas Laboratorium
Alat ini untuk mencegah terjadinya kontaminasi atau menghindari bahaya yang terjadi akibat percikan zat-zat kimia yang berbahaya.
2.      Sarung tangan
Daya tahan sarung tangan terhadap bahan kimia tergantung pada bahan sarung tangan (misalnya: karet alam; karet neoprene; karet nitrile; dll.), mutunya dan ketebalannya.Untuk melindungi tangan dari bahan-bahan yang sangat panas dianjurkan memakai "insulated glove" yang dibuat dari bahan sintetis.
3.      Pelindung mata dan muka
4.      Kran pencuci mata
5.      Safety shower
6.      Alat pernapasan (respirator/masker)
Melindungi dari debu-debu, serat yang kecil yang berbahaya atau dan uap atau gas yang beracun.
7.      Pemadam kebakaran
Ada beberapa jenis pemadam kebakaran, seperti Air (water extinguisher), tepung (dry powder extinguisher), C02 (Carbon dioxide extinguisher), Halon, Busa, pasir, dll.
(Anonim,2009)
5. ALAT DAN BAHAN
5.1  Alat           :
Ø  Beaker glass/wadah
Ø  Kaca arloji
Ø  Batang pengaduk
Ø  Spirtus
Ø  Kain basah
Ø  Termometer
Ø  Buret
Ø  Pipet
Ø  Neraca
Ø  Botol timbang
Ø  Tabung reaksi
Ø  Kayu penjepit
5.2  Bahan        : 
Ø  Asam pekat (HCl)
Ø  Kertas saring
Ø  Air
Ø  Korek api
Ø  Vaselin
Ø  Lubang gabus/karet
6. PELAKSANAAN PERCOBAAN



......
7. PEMBAHASAN DAN DISKUSI
Dalam praktikum ini, praktikan diperkenalkan dengan berbagai peralatan laboratorium kimia. Dengan tujuan agar sebelummelakukan praktikumpraktikan telah mengetahui cara menggunakan atau mengoperasikan peralatan laboratorium kimia dengan baik dan benar. Beberapa peralatan laboratorium kimia yang diperkenalkan diantaranya :
a.       Kalorimeter

Kalorimeter adalah alat untuk menentukan kalor jenis suatu zat. Prinsip kerja kalorimeter adalah sebagai berikut: Kalorimeter terdiri atas bejana logam yang jenisnya telah diketahui, dinding penyekat dari isolator yang berfungsi untuk mencegah terjadinya perambatan kalor ke lingkungan sekitar, termometer, dan pengaduk. Bejana logam berisi air yang suhu awalnya dapat diketahui dari termometer. Jika sebuah bahan yang belum diketahui kalor jenisnya dipanaskan, kemudian dimasukkan ke dalam kalorimeter dengan cepat, kalor jenis itu dapat dihitung.  Untuk mempercepat terciptanya keseimbangan termal, bersamaan dengan dimasukkannya bahan ke dalam kalorimeter, air dalam bejana diaduk. Keseimbangan termal terjadi jika suhu yang ditunjukkan oleh termometer sudah konstan. Pada saat terjadi keseimbangan termal itulah kalor jenis bahan dapat dihitung berdasarkan asasblack.

b.      Sentrifugal

Fungsinya adalah untuk memisahkan dua zat yang memiliki massa yang berbeda dengan menggunakan gaya sentrifugal. Bahan yang digunakan dari besi dan plastic. Bentuknya seperti kincir angin pada saat diputar. Cara kerjanya adalah memasukan zat yang akan dipisah kedalam sentrifugal, lalu memutar sentrifugal.

c.       Kaki tiga

Benda yang terbuat dari besi yang menyangga ring dan digunakan untuk menahan kawat kasa dalam proses pemanasan.

d.      Kawat kassa

Kawat yang berbentuk persegi dan dilapisi dengan asbes, digunakan sebagai alas dalam penyebaran panas yang berasal dari suatu pembakar.

e.       Penjepit

Bahan yang dinakan adalah kayu, bentiknya seperti gunting. Fungsinya untuk menjepit tabung reaksi pada saat dipanaskan. Cara penggunaannya tekan pangkal penjepit, meletakan tabung reaksi pada ujung penjepit.

f.      


Pipet

Ø  Pipet tetes : berupa pipa kecil terbuat dari plastik atau kaca dengan ujung bawahnya meruncing serta ujung atasnya ditutupi karet. Berguna untuk mengambil cairan dalam skala tetesan kecil.



Ø Pipet ukur : digunakan untuk mengambil cairan dalam jumlah tertentu secara tepat, bagian tengahnya menggelembung
Ø  Pipet volume : berupa pipa kurus dengan skala di sepanjang dindingnya. Berguna untuk mengukur dan memindahkan larutan dengan volume tertentu secara tepat.

g.      Mortal dan alu

Terbuat dari porselen, kaca atau batu granit yang dapat digunakan untuk menghancurkan dan mencampurkan padatan kimia. Kedua alat ini digunakan untuk menghaluskan zat. Cara menggunakannya adalah dengan meletakkan zat yang akan dihaluskan kedalam mortal, kemudian tumbuk dengan alu sampai halus
h.      Wadah pipet tetes

Sebagai tempat melakukan uji, misalnya menguji pH larutan.bahan yang digunakan dari keramik. Cara menggunakannya yaitu meneteskan larutan yang diuji ke dalam plat tetes menggunakan pipet tetes.
i.        Pipa semprot

Digunakan untuk membersihkan alat laboratorium yang mempunyai lubang yang kecil. Bahan yang digunakan yaitu dari plastic. Cara menggunakan dengan memencet tengah botol.

j.        Neraca

Digunakan untuk menimbang padatan kimia. Cara menggunakan neraca analitis:
Ø   Nolkan terlebih dulu neraca tersebut
Ø   Letakkan zat yang akan ditimbang pada bagian timbangan
Ø   Baca nilai yang tertera pada layar monitor neraca
Ø   Setelah digunakan, nolkan kembali neraca tersebut

k.      Statif

Sebagai penyangga dan juga menggantung thermometer. Bahan yang digunakan dari semacam logam besi. Caranya yaitu menggunakan meletakkan statif pada bidang datar dan menggantungkan thermometer pada statif.
l.        Cawan porselin

Cawan yang terbuat dari porselen dan biasa digunakan untuk menguapkan larutan
m.    Spatula/pengaduk

Berupa sendok panjang dengan ujung atasnya datar, terbuat dari stainless steel atau alumunium.
Fungsi : Untuk mengambil bahan kimia yang berbentuk padatan, dipakai untuk mengaduk larutan.
Batang pengaduk : terbuat dari kaca tahan panas, digunakan untuk mengaduk cairan di dalam gelas kimia.

n.      Corong



Terbuat dari plastik atau kaca tahan panas dan memiliki bentuk seperti gelas bertangkai, terdiri dari corong dengan tangkai panjang dan pendek. Cara menggunakannya dengan meletakkan kertas saring ke dalam corong tersebut.
Fungsi : Untuk menyaring campuran kimia dengan gravitasi.

 8. KESIMPULAN
8.1  Peralatan yang sering ditemui di laboratorium kimia adalah kalorimeter, sentrifugal, kaki tiga, kawat kassa, penjepit, mortal dan alu, berbagai jenis pipet (pipet tetes, pipet ukur, dan pipet volum), wadah pipet tetes, dipa semprot, neraca, statif, cawan poselin, spatula/pengaduk, corong.
8.2 Teknik-teknik dan keselamatan laboratorium meliputi mamakai jas lab. pada saat akan melakukan percobaan, Jika memanaskan tabung reaksi, mulut tabung reaksi dihadapkan kea rah yang aman, jika akan mencium bau cukup mengipas asap kea rah hidung, zat sisa harus dibuang di tempat yang sudah ditentukan





DAFTAR PUSTAKA

Ibnu.1976. Prosedur Alat-Alat Kimia. Jakarta: Liberty
Keenan, W.K.1989. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga
Mahan,Bruce. 1987. University Chemistry. Massachusetts : Cumming Publishing Company
Anonim. 2009. Teknik keselamatan laboratorium. http://kafekimia.blogspot.com/2009/03 /teknik-keselamatan-laboratorium.html. diakses 17 november 2012