LAPORAN
PRAKTIKUM
KIMIA DASAR
“STOIKIOMETRI”
KIMIA DASAR
“STOIKIOMETRI”
1. PERCOBAAN
:
1.1
Judul Percobaan : Stoikiometri
1.2
Tanggal
Percobaan : 27 Nopember
2012
1.3
Nama Asisten :
Hadi Wijaya
2.
TUJUAN PERCOBAAN
:
2.1
Mempelajari Stoikiometri
Beberapa Reaksi Kimia
3. DASAR
TEORI :
Stoikiometri berasal dari bahasa Yunani yaitu stoiceon (unsur) dan metrein (mengukur). Stoikiometri berarti
mengukur unsur-unsur dalam hal ini adalah partikel atom ion, molekul yang
terdapat dalam unsur atau senyawa yang terlibat dalam reaksi kimia. Stoikiometri
adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan
dan produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia) yang didasarkan pada hukum-hukum dasar dan persamaan
reaksi. (Ahmad,1985)
Stoikiometri beberapa reaksi dapat
dipelajari dengan mudah, salah satunya dengan metode JOB atau metode Variasi
Kontinu, yang mekanismenya yaitu dengan dilakukan
pengamatan terhadap kuantitas molar pereaksi
yang berubah-ubah, namun molar totalnya sama. Sifat fisika tertentunya (massa,
volume, suhu, daya serap) diperiksa, dan perubahannya digunakan untuk meramal
stoikiometri sistem. Dari grafik aluran sifat fisik terhadap kuantitas
pereaksi, akan diperoleh titik maksimal atau minimal yang sesuai titik
stoikiometri sistem, yang menyatakan perbandingan pereaksi-pereaksi dalam
senyawa. (Muhrudin, 2011)
Stoikiometri reaksi adalah penentuan
perbandingan massa unsur-unsur dalam senyawa dalam pembentukan senyawanya. Pada
perhitungan kimia secara stoikiometri, biasanya diperlukan hukum-hukum dasar
ilmu kimia.(Brady,1986)
Hukum kimia adalah hukum alam yang relevan dengan
bidang kimia. Konsep paling fundamental dalam kimia adalah hukum konservasi
massa, yang menyatakan bahwa tidak terjadi perubahan kuantitas materi sewaktu
reaksi kimia biasa. (Hiskia,1991)
Menurut (Syabatini,
2008) Hukum-hukum dasar ilmu kimia adalah sebagai berikut:
a) Hukum
Boyle
Boyle
menemukan bahwa udara dapat dimanfaatkan dan dapat berkembang bila dipanaskan.
Akhirya ia menemukan hukum yang kemudian terkenal sebagai hukum Boyle:” bila
suhu tetap, volume gas dalam ruangan tertutup berbanding terbalik dengan
tekananya”
P1.V1
= P2.V2
b) Hukum
Lavoiser disebut juga Hukum Kekekalan Massa
Hukum
kekekalan massa atau dikenal juga sebagai hukum Lomonosov-Lavoisier adalah suatu
hukum yang menyatakan massa dari suatu sistem tertutup akan konstan meskipun terjadi
berbagai macam proses di dalam sistem tersebut(dalam sistem tertutup Massa zat sebelum
dan sesudah reaksi adalah sama (tetap/konstan). Pernyataan yang umum digunakan
untuk menyatakan hukum kekekalan massa adalah massa dapat berubah bentuk tetapi
tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Untuk suatu proses kimiawi di dalam
suatu sistem tertutup, massa dari reaktan harus sama dengan massa produk.
Berdasarkan ilmu relativitas spesial, kekekalan massa adalah pernyataan dari
kekekalan energi. Massa partikel yang tetap dalam suatu sistem ekuivalen dengan
energi momentum pusatnya. Pada beberapa peristiwa radiasi, dikatakan bahwa
terlihat adanya perubahan massa menjadi energi. Hal ini terjadi ketika suatu
benda berubah menjadi energi kinetik/energi potensial dan sebaliknya. Karena
massa dan energi berhubungan, dalam suatu sistem yang mendapat/mengeluarkan
energi, massa dalam jumlah yang sangat sedikit akan tercipta/hilang dari
sistem. Namun demikian, dalam hampir seluruh peristiwa yang melibatkan
perubahan energi, hukum kekekalan massa dapat digunakan karena massa yang
berubah sangatlah sedikit.
“Massa
zat sebelum dan sesudah reaksi selalu sama.”
c) Hukum
Perbandingan Tetap (H.Proust)
Dalam
kimia, hukum perbandingan tetap atau
hukum Proust (diambil dari nama kimiawan
Perancis Joseph Proust) adalah hukum yang menyatakan bahwa suatu senyawa kimia
terdiri dari unsur-unsur dengan perbandingan massa yang selalu tepat sama.
Dengan kata lain, setiap sampel suatu senyawa memiliki komposisi unsur-unsur
yang tetap.
Misalnya,
air terdiri dari 8/9 massa oksigen dan 1/9 massa hidrogen. “Perbandingan
massa unsur-unsur dalam suatu persenyawaan kimia selalu tetap.”
d) Hukum
Gay Lussac
Menyatakan
bahwa volume gas nyata apapun sangat kecil dibandingkan dengan volume yang
ditempatinya. Bila anggapan ini benar, volume gas sebanding dengan jumlah molekul
gas dalam ruang tersebut. Jadi, massa relatif, yakni massa molekul atau massa atom
gas, dengan mudah didapat.
“Dalam
suatu reaksi kimia gas yang diukur pada P dan T yang sama volumenya berbanding
lurus dengan koefisien reaksi atau mol, dan berbanding lurus sebagai bilangan
bulat dan sederhana.”
e) Hukum Boyle – Gay Lussac
"Bagi
suatu kuantitas dari suatu gas ideal (yakni kuantitas menurut beratnya) hasil
kali dari volume dan tekanannya dibagi dengan temperatur mutlaknya adalah
konstan". Untuk n1 = n2, maka P1.V1 / T1 = P2.V2 / T2
f) Hukum
Dalton disebut juga Hukum Kelipatan Perbandingan
“Jika dua unsur dapat membentuk satu
atau lebih senyawa, maka perbandingan massa dari unsur yang satu yang
bersenyawa dengan jumlah unsur lain yang tertentu massanya akan merupakan
bilangan mudah dan tetap.”
g) Hukum
Avogadro
“Gas-gas
yang memiliki volum yang sama, pada temperatur dan tekanan yang sama, memiliki
jumlah partikel yang sama pula.”
Artinya,
jumlah molekul atau atom dalam suatu volum gas tidak tergantung kepada ukuran atau
massa dari molekul gas.
h) Hukum
Gas Ideal
PV = nRT
Persamaan ini dikenal dengan
julukan hukum gas ideal alias persamaan keadaan gas ideal.
Keterangan :
P = tekanan gas (N/m2)
V = volume gas (m3)
n = jumlah mol (mol)
R = konstanta gas universal (R =
8,315 J/mol.K)
T = suhu mutlak gas (K)
4. ALAT
DAN BAHAN
a. Alat :
Ø Beaker glass/gelas kimia
Ø Gelas piala
Ø Spatula
Ø Termometer
|
b. Bahan :
Ø Larutan CuSO4 0,5 M
Ø Larutan NaOH 0,5 M
Ø Larutan HCl 0,5 M
Ø Larutan H2SO4 0,5 M
|
5.
PELAKSANAAN
PERCOBAAN
...........................................................
6. PEMBAHASAN
DAN DISKUSI
Pada
percobaan ini, kita akan mempelajari tentang stoikiometri. Percobaan
stoikiometri ini bertujuan untuk mempelajari stoikiometri beberapa larutan (reaksi
kimia). Dimana stoikiometri merupakan ilmu yang mempelajari dan menghitung
hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia.
Percobaan
pertama mempelajari stoikiometri sistem NaOH dengan CuSO4. Pada
percobaan ini NaOH dicampur dengan larutan CuSO4. Sebelum kedua
larutan tersebut dicampurkan, terlebih dulu diamati suhu dari masing-masing
larutan. Selain itu, mengamati dan mengambil sampel warna dari masing-masing
larutan. Pencampuran larutan-larutan selalu menghasilkan volume yang sama, 25
ml.
Pada
kegiatan pertama pada percobaan satu adalah mencampurkan 20 ml NaOH 0,5 M
dengan 5 ml CuSO4. 0,5 M. setelah kedua larutan tersebut dicampurkan
sambil diaduk, maka terjadi perubahan warna. Warna larutan menjadi biru tua
serta wujudnya menjadi lebih kental dari sebelumnya. Hal ini terjadi karena
larutan yang terbentuk tidak tepat jenuh.
Kegiatan
yang kedua yaitu mencampurkan 10 ml NaOH 0,5 M dengan 15 ml CuSO4
0,5 M. Setelah dicampurkan ternyata
larutan yang terbentuk berwarna biru telur asin serta menjadi
gumpalan-gumpalan. Gumpalan – gumpalan yang terbentuk tersebut menunjukkan
bahwa larutan yang terbentuk adalah tepat jenuh.
Kegiatan
ketiga yaitu mencampurkan antara 20 ml CuSO4 0,5 M dengan 5 ml NaOH
0,5 M. Setelah dicampurkan ternyata larutan yang terbentuk berwrna hijau toska
dengan endapan dibagian bawahnya.
Kegiatan
yang terakhir yaitu dengan mencampurkan antara 10 ml CuSO4 0,5 M
dengan 15 ml NaOH 0,5 M, dan pencampuran larutan tersebut menghasilkan larutan
dengan warna biru tua dan tanpa perubahan wujud. Hal ini menunjukkan bahwa
campuran tersebut lewat jenuh.
Dari
data-data yang diperoleh diatas menunjukkan bahwa semakin banyak volume NaOH
yang dicampurkan akan menghasilkan warna yang lebih gelap. Atau semakin sedikit
volume CuSO4 yang dicampurkan maka semakin gelap warna larutan yang
terbentuk. Sedangkan jika volum NaOH yang dicampurkan semakin sedikit maka
warna larutan yang dihasilkan akan semakin cerah.
Pada
literatur seharusnya, semakin banyak volume NaOH yang dicampurkan maka
suhu/temperatur yang terbentuk juga semakin tinggi. Tetapi, pada saat
pengamatan dimana volume NaOH yang dicampurkan 20 ml seharusnya suhunya lebih
tinggi dibandingkan campuran antara 15 ml NaOH dengan 10 ml CuSO4.
Hal ini disebabkan karena perbedaan ruangan, karena ruangan tempat pengamatan
bukan ruang hampa udara.
Dari
hasil pengamatan yang dilakukan suhu pada setiap kegiatan/ perlakuan mulai dari
yang pertama hingga yang terakhir (kegiatan 4) semua perubahan suhunya sama
yaitu 2˚C. Apabila dibuat grafik hubungan antara ∆T dengan volume maka grafik
yang terbentuk berupa garis lurus horizontal. Hal ini menunjukkan bahwa
disetiap volume suhunya sama (suhu konstan).
7. KESIMPULAN
a. Apabila
terdapat 2 zat yang dicampurkan maka akan menyebabkan terjadinya perubahan
suhu, warna dan endapan (wujud).
b. Perubahan
suhu yang terjadi dipengaruhi oleh jumlah/volume reaktan yang dicampurkan dan
juga oleh konsentrasi masing-masing reaktan.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad, Hiskia. 1985. Kimia Dasar (modul 1-5). Jakarta
: UT
Brady, J.E dan Humiston. 1986. General Chemistry. New
York: John Willey and Sons.
Hiskia, A dan Tupamahu. 1991. Stoikiometri
Energi Kimia. Bandung: ITB Press.
Muhrudin, Udin. 2011. Praktikum Stoikiometri Reaksi.
http://chemistapolban.blogspot.com/ 2011/06/praktikum-stoikiometri-reaksi.html.
diakses tanggal 29 November 2012
Syabatini, Annisa. 2008. Hukum-hukum Stoikiometri. http://usupress.usu.ac.id/files/
Kimia%20Dasar%20-%20Final_bab%201.pdf. diakses tanggal 29 November 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar